Better late than never. Begitulah, telat 2 hari saya baru tau kalau ternyata ada hari kopi dan itu diperingati setiap tgl 29 September. Baiklah waaupun telat saya tetep kekeuh mau posting jalan jalan menikmati kopi ke Liwa – Lampung Barat. Nggaya banget ya minum kopi aja kudu pergi ke Liwa ha ha ha .. Liwa salah satu wilayah penghasil kopi ternikmat di dunia, minimal bagi saya penggemar kopi kelas akut.
Liwa kota hujan yang berada di bagian barat pulau sumatra di pegunungan bukit barisan. Namun hari itu sangat cerah, saya gembira setelah sekian jam pantat tepos duduk di mobil akhirnya saya menemukan perbatasan kota Liwa. Setelah melewati puncak Pas nya Lampung dan menyicipi segelas kopi yang parahnya saat itu bukan kopi Liwa, kekesalan saya terobati karena saya menemukan pohon kopi di pinggir jalan raya, senangnya.
Hari itu saya sudah di tunggu teman baik saya yang tinggal di Liwa; Eka Fendy Aspara dan Endang Guntoro Canggu. yap memasuki kota Liwa di temani teman teman saya yang baik hati ini kami pun memutari kota Liwa yang mungil dan sejuk ini. Di tutup dengan makan ikan bakar. Saya habis banyak seking laparnya dan sayangnya saya tak sempat memotret makanan yang super nikmat itu. Bincang bincang yang seru dan matahari pun mulai lelah.
Hari yang tadi nya cerah ceria segera bergerak mendung begitulah kota hujan hanya cerah sampai jam 2 siang setelah itu mari kita lihat awan hitam menggelayut … tapi saya kudu foto dulu di tempat yang asri ini.
Lelah melakukan perjalanan darat saya pun tak kuasa ingin mencari tempat istirahat. Dan akhirnya kami menemukan tempat istirahat sebuah hotel kecil yang dingin, ya iya lah kota hujan kok. Berjanji untuk hunting besok pagi dan berdoa semoga esok hari cerah kembali. Namun apa daya esok pagi adalah hari berkabut dan embun enggan beranjak. Its Okay … tantangannya adalah membuat cuaca berkabut ini tak menghalangi membuat foto yang menarik.
Baiklah kami akhirnya memutuskan hunting ke daerah Batu Brak sebuah perkampungan yang sisi kiri kanan di penuhi oleh rumah panggung asli Liwa. Cantik dan saya sukaaa sekali. Saat itu sedang musim panen. Panen Raya Kopi. Hasil ladang andalan Liwa. Semua penduduk keluar menjemur hasil panennya walaupun matahari belum kelihatan akan memanggang kopi kopi itu.
Ngopi pun selesai saat nya motret lagi kali ini saya minta di antar ke kandang Luwak hewan cantik namun sangar yang doyannya makan kopi dan hasilnya adalah kopi termahal. siapa yang tidak kenal dengan Kopi Luwak. yup di sinilah salah satu penghasilnya.
Luwak adalah hewan pemakan kopi yang handal. Dia hanya memakan kopi dengan kualitas terbaik. Kopi pilihan di makan Luwak dan kemudian kopi2 akan keluar bersama kotoran Luwak. Uppss jijik jangan dulu ternyata Luwak adalah pabrik biologi yang canggih dia bisa menghasilkan kopi yang enak dan mahal he he he. Setelah keluar dari tubuh Luwak kopi kopi ini di cuci dan di jemur. Selanjutnya digongseng atau dipanaskan dan terakhir baru digiling.
Nah sekarang mari kita menikmati kopi Luwak. Kopi yang harganya segelas di kafe bisa mencapai ratusan ribu. Tapi jangan minum kopi setelah makan durian yaa … eeh 🙂 byee …
6 thoughts on “Kopi Dan Liwa (Lampung Journey)”
Wah baru kemarin saya berkunjung ke Liwa dalam suasana berkabut. Dan lewat postingan ini baru tau suasana Liwa dalam cuaca cerah 🙂
Thanks for sharing, mbak! Dan salam kenal 🙂
Salam kenal kembali 🙂 suatu saat diri mu gak rugi kok kembali ke sana karena Liwa di saat cerah itu cantik dengan lanscape yang oke serta adat dan budaya yang kaya.
Aish suka banget ama rumah2 panggung nya, mau kesana dong hahhaha
yuuk aah … ajak ajak eukeh yaaah …
Saya pernah 2 kali ke Liwa (Lampung Barat)….kota kabupaten sepi tapi indah mintak ampun…apalagi kopi luwaknya…he–he—sampai sempat saya buat puisi tentang “perempuan dan bau bunga kopi”……Mantep foto-fotonya
Iya Mas Liwa kota kecil yang indah nyaman dan kopi nya ueenak … husni sudah dua kali ke situ dan yang kedua sedang panen raya kopi … senangnya 🙂