Di tumah tua ini lah segalanya bermula lantai dan dinding kayu di cuaca yang dingin menjadikan ruangan ini hangat ditambah senda gurau handai tolan, namun semuanya hanya ada dalam bayangan. Hari itu aku duduk berlama lama di sini, setelah pesta pernikahan sepupuku. Keriuhan berlalu dan sunyipun datang diselingi bunyi Ui Ui ( sampai sekarang aku tidak tau jenis hewan apa itu dan apa nama latinnya) yang melengking di pagi hari. Baiklah mari kita isi sunyinya pagi ini dengan melangkahkan kaki ke kota Bukit Tinggi sekitar 10 km dari kampung Nenek Sungai Pua.
Saya berhasil menyeret pengantin baru untuk menemani saya jalan keliling Bukit Tinggi. Dan pasar atas dengan Jam Gadang tempat di mana kaki kami bermula melangkah dan menikmati kota yang sekarang tak lagi hanya milik orang Bukit Tinggi saya kira banyak yang jatuh cinta dengan kota ini terutama cuaca dan tentu saja makanannya. Puas memandang jam Gadang kepala saya menoleh ke kiri dan ini dia tempat makan yang terkenal enak itu.
Berhubung perut masih kenyang jadi kami gak mampir, mungkin nanti di hari lain. Jadi mari kita lanjutkan jalan kaki ini. Di samping Simpang Raya adalah jalan Minang Kabau yuuk kita telusuri.
Di jalan ini berdiri pertokoan di sebut juga Pasar Atas. Tempat mengosongkan kantong. Surga belanja bagi ibu ibu yang suka kain bordir dan kerudung cantik serta souvenir, tinggal masuk ke dalam pertokoan di sebelah kanan. Di jamin pulangnya bokek jadi bijaklah belanja ha ha ha. Karena saya tidak begitu suka belanja apologi untuk tak suka berbeban banyak, maka windows shopping dan njepret sana sini sudah memuaskan saya. Lanjut sampai ujung dan kami sampai di janjang 40. Seingat saya jenjang ini dulu tak berwarna merah dan sekarang dia menjadi cantik dengan warna yang bagus untuk di foto.
Tangga ini dulu sering membuat aku merajuk karena capek. Dan saat merajuk itu ibupun menjadi memiliki beban tambahan karena harus menggendong ku. Salah satu yang teringat di usia balitaku. Terima kasih ibu. Di tangga ini masih bisa kita temukan bapak bapak tua penjual batu akik dikelilingi oleh bapak bapak tua penggemar batu akik. ini pemandangan yang tak beda dengan ingatan masa kecil ku.
Turun dari pasar atas mengarah ke pasar Banto ada trade center nya juga sekarang, biuuh saya ketinggalan sekali ternyata, sudah berpuluh tahun tak jalan kaki menelusuri Bukit Tinggi. di Pasar Banto banyak terdapat toko emas dan juga tukang cukur. Kalau penasaran main ke Bukit Tinggi deh. Mendekati tangga untuk kembali naik ke Pasar Atas ternyata Hotel Yogya masih bertahan. Hotel yang berada di jalan perintis kemerdekaan Guguk Panjang ini sangat cocok bagi yang traveling dengan budget terbatas.
Yuk naik lagi ke pasar atas. Tangga ini sangat kuat melekat di ingatan saya. dari dulu penuh pedagang di kiri dan kanan. Belanja sudah di mulai di tangga naik ini.
Dan satu lagi bau khas dari Toilet ini menyeruak di hidung saya dan kamera pun langsung mengabadikannya, masih dengan bentuknya yang dulu.
Oke mari kita lanjutkan perjalanan. Kembali ke pasar atas dan kembali ketemu Jam Gadang. Lanjut berbelok ke arah hotel the Hills, hotel untuk kalangan dengan kantong tidak terbatas.
Melewati the Hilss kami menemukan biskop Sovia. Bioskop dengan bangunan tua yang tak lagi memutar film.
Dan toko oleh oleh Ananda di samping bioskop.
Lanjut jalan kita akan menemukan hotel Gran Melindo dengan harga di bawah The Hilss. Sangat nyaman sih menurut saya. Di sini banyak ditemukan turis yang datang dari Belanda yang ingin mengenali daerah yang dulu di tinggali keluarga mereka.
Tak jauh dari hotel Gran Malindo kita bisa langsung masuk ke tempat wisata Panorama.
Ada lobang/Goa Jepang dan view ke Ngarai sianok di tempat wisata ini dan kita juga bisa mendapatkan oleh oleh khas Minang yang bukan berbentuk makanan.
Ini dia penghuni tempat wisata Panorama monyet monyet jinak yang siap menerima makanan apapun yang kita beri. Hati hati dengan makanan yang tidak anda niatkan untuk mereka mereka sangat suka mengambilnya he he he ..
Perjalanan saya berakhir di sate Padang namun karena sudah capek dan lelah meskipun belum puas saya tak sempat memotretnya habis tandas baru deh ingat motret, kelaparan ternyata he he he ….