The main key is love and its will end crime and forgiveness will make we live in peace.
Preventive of crime more important than punishment.
So we no need to do dead punishment.
Apakah hukuman mati membawa jera? Apakah benar setelah pelaku kejahatan dihukum mengurangi kesedihan keluarga korban. “Luka itu tetap ada di dada dan tak akan hilang tapi cara ku melihat luka bisa berubah” kata salah satu keluarga korban, yang saudara nya dibunuh oleh orang yang ia sewa untuk melindungi mereka. Apakah dendam itu membahagiakan? Ketika marah, yang terjadi adalah melukai diri mu sendiri.
Workshop “Fotografi dan Humanisme” oleh Toshi Kazama seorang fotografer Jepang yang tinggal di New York, dalam Acara A Week of ‘Celebrating Life’ End Crime, Not Life, dengan judul Eyes on Preciousness menampilkan foto foto para terpidana mati dan alat alat yang dipakai untuk mengeksekusi mereka. Toshi mengajak kita sejenak melalang buana ke dunia mereka yang mendapat kan vonis tentang hidup mereka, waktu yang telah ditentukan kapan dia akan mati. Mereka melakukan kesalahan, bisa ya bisa tidak namun proses yang dialami oleh mereka juga membuat kita meneteskan air mata baik dari sisi korban maupun pelaku. Dan tak terlepas juga orang yang mendapatkan tugas untuk mengeksekusi.
Foto foto para terpidana ditampilkan dalam kondisi terbaik mereka. Tampak gagah dan cantik. Dan para terpidana mati ini membawa kisah yang berbeda.
Michael, anak berusia 15- 16 thn yang lahir dari ibu pecandu narkotika di usia 15 tahun. Lahir dengan cacat otak dan mengalami keterbelakangan mental. Dan dia di hukum mati karena dengan polos berkata ‘iya saya melihat orang yang melakukan itu’. Dan dia lah yang ditangkap.
Hsu Tsu Chiang di hukum mati atas kasus penculikan dan pembunuhan di Taipei pada thn 1995. Kaki tangannya menyalahkannya namun dia tidak terlibat dalam pembunuhan. Ia menjalani hukuman selamat 20 tahun sebagai terpidana hukuman mati. Baru ini saja pengadilan membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Saat ini dia sedang menunggu keputusan dari Mahkamah Agung dan telah dibebaskan dari penjara.
Kursi Listrik adalah salah satu metode hukuman mati yang akan membuat tubuh terbakar dengan mengalirkan listrik dari kepala ke tulang belakang. Dan di ruangan berukuran 1,8 x 1,8 itu terhirup bau sangit daging bakar. Dan itu adalah daging manusia. Di belakang ruangan itu terdapat dua tuas yang akan menghidupkan aliran listrik. Dan si pelaksana hukuman tidak tau tuas mana yang membunuh terpidana. Ini dilakukan untuk menghindarkan konflik jiwa pelaku eksekusi. Dan faktanya si pengeksekusi juga tak ingin tau dia yang melakukan eksekusi.
Ruang eksekusi di Oklahoma. Ada selang yang akan disambungkan dengan urat nadi si terpidana dan akan disuntikkan zat kimia yang akan membunuh si terpidana. Pertama adalah zat yang akan menenangkannya kedua membuatnya tidur yang ketiga yang akan membunuh dengan zat yang mematikan fungsi fungsi organ vital dengan mengkerutkan otot sehingga dapat menghentikan fungsi jantung dan paru paru.
Di ruang eksekusi Teennesse. Ada dua cara eksekusi yang bisa di pilih oleh si terpidana kursi listrik dan suntik mati. Akibat sering dikritik dengan cara hukuman mati yang tidak manusiawi, penjara ini menghindari kritikan dengan memberikan pilihan untuk si terpidana. Pertanyaannya apakah hukuman mati itu manusiawi?
Permintaan dari petugas penjara pengeksekusi, tolong sebarkan pada dunia jangan ada lagi yang di hukum mati. Bahwa yang terhukum dan yang menghukum juga tidak bahagia adalah sesuatu yang perlu direnungkan. Mendukung hukuman mati juga sama saja dengan menyuruh orang lain untuk membunuh. Apalagi tidak sedikit kasus salah tangkap salah tuduh dan salah hukuman. Sistim peradilan bukan barang yang suci dari kesalahan dan hukuman mati yang sudah terlanjur merupakan coreng atas wajah kemanusiaan.
Apakah ada cara yang humanis untuk membunuh? Sehingga anda bisa memilih metode apa yang inginkan untuk dibunuh. Atau pertanyaannya anda mau di eksekusi dengan cara apa?
Apakah tidak sebaiknya kita fokus pada tindakan preventif dibanding fokus pada hukuman karena eksekusi tidak menyelesaikan masalah.
End Crime, not life.